
Masyarakat Kintom Protes Sarana Hilir DSLNG

Di depan perwakilan masyarakat, Rusli meminta dokumen studi kelayakan yang dijadikan dasar protes masyarakat Kintom. Ia telah mengomunikasikan dengan pimpinan Komisi III, untuk memanggil instansi teksnis terkait dan perwakilan DSLNG untuk membicarakan masalah itu. “Dokumen studi kelayakan menurut mereka di Kintom, bukan Uso. Kami tengah pelajari kebenarannya. Prinsipnya, Deprov tidak ingin proyek ini bermasalah dikemudian hari. Proyek ini harus menguntungkan dan bernilai ekonomi bagi daerah dan masyarakat Sulteng,” kata Rusli.
Terpisah, pengamat pertambangan Rahmat Azis yang dikonfirmasi masalah tersebut menyampaikan, berdasarkan hasil investigasi yang ia lakukan di lapangan kilang memang dibangun di desa Uso.
Diungkapkan Rahmat, saat Pertamina dan Medco beberapa tahun lalu sepakat mngembangkan proyek Donggi-Senoro dengan skema hulu dan hilir LNG, kemudian mengadakan beauty contest (tender) untuk mencari mitra yang bisa mendukung pndanaan dan membagi risiko. “beauty contest dimenangkan pertamanya Mitsubishi Corporation. Pemenang kedua PT LNG Energi Utama. “Dalam proses beauty contest, PT LNG Energi Utama lantas melakukan studi AMDAL dan memilih desa Manyula, Kecamatan Kintom dijadikan lokasi kilang LNG,” ungkapnya.
Sementara Pertamina dan Medco serta Mitsubishi selaku pemenang kemudian membentuk konsorsium yang bernama PT DSLNG. PT DSLNG lanjut Rahmat, kemudian melakukan studi AMDAL dan akhirnya memilih Desa Uso untuk lokasi kilangnya. “Temuan saya, banyak spekulan tanah yang memainkan isu LNG Energi Utama akan berdiri di Kintom, padahal sudah kalah dalam beauty contest. Mereka terlanjur membeli tanah masyarakat di Kintom. Masyarakat banyak yang tertipu dengan isu dan ulah spekulan ini,” jelasnya. TMU
Sumber : Mercusuar, Edisi : 19 Agustus 2012