Teroris, Aparat dan Investor Dinilai Biang Kerusakan Lingkungan

Birobuli- Terorisme, Aparat Keamanan dan Investor setidaknya menjadi diskusi menarik yang menghiasi Seminar sehari bertajuk “Membaca Krisis Ekologi di Sulawesi Tengah” yang digelar Walhi dan YTM di Hall Room Space Bar Selasa (4/12) kemarin. Sejumlah peserta lebih menyorot tiga komponen itu telah menjadi alasan pengrusakan Lingkungan di Sulawesi Tengah sehingga berpotensi menyengsarakan rakyat. Pemberantasan Terorisme di Poso yang menjadi ancaman bagi investor membuat dana terus mengalir ke daerah konflik, sehingga sejumlah aparat keamanan pun di BKO-kan ke Poso. Ironisnya saat bersamaan investor pun bergiliran masuk, bahkan salah satunya milik Wakil Presiden RI Muhammad Yusuf Kalla. Sehingga tidak heran, kata Yogi, aktifis YTM bahwa keberadaan aparat di poso, disamping memberantas teroris juga menjaga investasi besar para investor yang cenderung mengabaikan kepentingan rakyat. Makanya tak heran sambung Aristan, aktifis LSM Sulawesi Tengah yang terkenal vocal ini, kondisi laju degradasi lingkungan di Sulteng semakin tidak terkendali, karena tingkat eksploitasi sumber daya alam berbanding lurus dengan degradasi lingkungan itu.Hampir semua audience seminar yang terdiri dari LSM, Pemkot, Pemprov, DPRD, Pers dan Masyarakat, mengeluhkan kerusakan lingkungan, sehingga Kepala Dinas Pertambangan Sulteng Nadjib Godal yang menjadi salah satu pemateri mengaku akan menampung semua keluhan audience itu untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Nadjib juga mengaku mendukung agar lingkungan tidak rusak dalam melakukan eksploitasi alam, akan tetapi sebagai kepala dinas, lanjut dia, pihaknya mempunyai keterbatasan tertentu soal kebijakan, karena disamping adanya kebijakan daerah otonomi di Kabupaten/Kota juga ada kebijakan pemerintah pusat.

Narasumber lain dari kalangan akademis Drs Abdulah MT membagi komponen lingkungan dalam tiga hal yakni komponen fisik, Biologi, dan sosial ekonomi budaya dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu Abdullah juga berharap agar dalam menyusun rencana pembangunan kawasan perlu mempertimbangkan proses geologi, perlu ada studi intensif penyebab degradasi lingkungan dan perlu ada juga penyuluhan warga tentang lingkungan dan kawasan lindung. Selain keduanya, pemateri lain adalah Kepala Dinas Kehutanan Anwar Manan yang diwakili oleh staff, Direktur Walhi Sulteng Supardi, dan penulis paper posisi “Militer Diketiak Sulawesi Timur, Antara Kedaulatran Rakyat dan Kedaulatan Investor, Lian Gogali.

Koordinator panitia, Rahman Dahlan, mengatakan, seminar itu digelar bertujuan untuk memberi input kritis terkait cara pandang pengelolaan SDA di Sulteng, kini dan kedepan sehingga diharapkan menghasilkan kesadaran baru melalui pendekatan strategis dalam upaya penciptaan pengelolaan SDA yang lebih arif bagi kesinambungan daya dukung ekologi dan kehidupan rakyat Sulteng.