Bentrok Antara Warga Kelurahan Pengawu dan Kelurahan Duyu, Ciptaan Kapitalisme
Palu- YTM Bentrok yang terjadi antara warga Kelurahan Pengawu dan Kelurahan Duyu pada (4/5) merupakan manifestasi dari sistem kapitalisme.
Bukan saja di Sulawesi Tengah, tetapi juga secara global seperti di Kolombia juga terjadi hal serupa, hanya modelnya saja yang berbeda tetapi sifatnya tetap sama, perkelahian antar kelompok. Belum kita bicara soal pemberontakan, hampir semua Negara mengalami hal demikian.
Pandangan-pandangan yang hadir dalam melihat masalah semacam ini selalu meletakan tradisi dan kecenderungan manusia suka saling menyerang. Padahal, hari-hari kita menghadapi persoalan dimana banyak orang dieksploitasi, tenaganya ia habiskan untuk bekerja pada model kerja yang korup, sehingga perolehan surplus dari hasil kerjanya tidak dapat memenuhi keberlangsungan hidupnya dan kelurganya.
Dilain hal, kapitalisme menciptakan lautan massa pengangguran, ia menciptakan pengangguran dengan menghadirkan mesin yang dapat berproduksi lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja manusia. Akibatnya sebagaian orang harus terlempar dari pekerjaannya dan kembali mencari pekerjaan yang baru. Sementara kapitalisme juga membuat usaha-usaha sektor kecil gulung tikar alias bangkrut, seperti yang terjadi pada tahun 2012 lalu, 10.000 kios-kios kecil dan warung/tokoh kelontong di Indonesia tutup. Bisa dibayangkan berapa banyak pekerja yang ditendang akibat kehancuran warung dan tokoh kelontong tradisional ini.
Jika penduduk tidak lagi memiliki pekerjaan yang pasti, hanya mengandal pada tenaga kerjanya yang siap didorong untuk bekerja kapan pun dengan bebas. Tetapi tidak setiap hari mendapatkan kerja, atau penghasilan tidak tetap seperti tukang ojek, tukang bejak, dokar dan kios-kios kecil, warung makan kecil dan para pedagang kaki lima. Mereka juga setiap saat terancam dengan kelas kapitalis, misalnya dengan kehadiran Supermarket/hipermarket dan minimarket.
Tidak berbedah dengan penduduk yang di pedesaan, mereka juga kapan saja dapat tersingkir dari pemilikan tanah, misalnya dengan tingkat produktifitas pertanian yang rendah karena ketidakadaan modal untuk membeli alat-alat produksi, akhirnya dengan terpaksa harus menjual tanahnya kepada kelas kapitalis dan atau lewat pemberian izin oleh pemerintah kepada kelas kapitalis tertentu untuk berinvestasi.
Apa yang terjadi di Nunu, Dolo dan kembali lagi terjadi di Kelurahan Pengawu dan Kelurahan Duyu merupakan manifestasi dari sitem kapitalisme, yang menghancurkan basis produksi penduduk dan menciptakan hubungan-hubungan produksi menjadi semakit rumit dan menghisap. (ytm)