Buruh Blokade Jalan : PLTA Poso Lumpu

Poso, MERCUSUAR – Aktivitas perusahaan mega proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang berlokasi di desa Sulewana Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, hingga senin (6/5), belum sepenuhnya berjalan normal. Para pekerja diperusahaan itu yang tergabung dalam serikat pekerja PLTA Poso (SP3), masih melakukan aksi blokade jalan pintu masuk perusahaan dengan menggunakan kendaraan alat berat milik perusahaan yang mereka sandera.

Dalam aksi yang sudah berlangsung sejak 1 Mei 2013 yang bertepatan dengan peringatan hari buruh sedunia tersebut, para buruh melakukan aksi pembakaran ban. Sejumlah alat berat milik perusahaan juga disandera. Aksi buru ini dipicu oleh tindakan PHK yang dinilai dilakukan sepihak oleh perusahaan yang berjumlah 230 orang, serta kontrak yang tidak jelas yang dinilai melanggar undang-undang ketenagakerjaan.

Ryan Richard Tendawuya dari Serikat Pekerja PLTA mengatakan, aksi pemblokiran jalan itu akan terus dilakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan hingga Direktur Utama PT. Poso Energy bersedia bertemu dengan para buruh untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan terkait para buruh.

“Kami akan terus menggelar aksi ini sampai direktur perusahaan menemui kami. Ada beberapa permasalahan yang harus dijelaskan, seperti kontrak kerja yang diperpanjang setiap tiga bulan, serta pemutusan hubungan kerja terhadap 230 pegawai oleh pihak perusahaan tanpa pesangon yang memadai,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terkait aksi para buruh itu, sejumlah personil TNI dari Batalyon 714 Sintuwu Maroso telah berjaga-jaga di pintu masuk perusahaan. Sedangkan bagian dalam perusahaan dijaga oleh personil polisi dari Polsek Pamona Utara dan Brimob Kompi Sojo. Bahkan, Kapolres Poso AKBP Susnandi bersama Danramil Pamona Utara, Senin kemarin juga terlihat turun langsung memantau perkembangan aksi demo para buruh itu. Dalam aksi yang sudah berlangsung lima hari itu, sejau ini setidaknya sudah 7 (tujuh) unit kendaraan milik PT Poso Energi atau PLTA Poso yang disandera oleh puluhan buruh yang berdemontrasi. Kendaraan-kendaraan yang disanderah itu kemudian digunakan untuk memblokir jalan utama di areal perusahaan. Pemalangan jalan itu menyebabkan kendaraan roda dua dan roda empat terkurung di dalam perusahaan. Jalan alternatif via Desa Sulewana, juga tidak dapat dilalui karena terhalang batang pohon yang ditebang warga desa yang turut mendukung aksi buruh PLTA Poso.

7 (tujuh) unit kendaraan milik PT Poso Energi yang disendera pendemo, yakni 3 unit truck 10 roda, 2 unit truck kapsul yang biasa digunakan untuk mengangkut semen basah, 1 unit eksavator dan 1 unit loader. Seluruh kendaraan itu terpantau di parkir di badan jalan milik perusahaan. Nyaris tidak ada ruang tersisa untuk dilalui, sehingga menutup akses jalan keluar masuk seluruh kendaraan pribadi atau perusahaan, baik roda empat dan roda dua milik pempinan, staf dan karyawan PLTA, termasuk truck milik TNI dan Brimob yang terparkir di bagian dalam perusahaan.

Meskipun aksi sempat melumpuhkan aktivitas keluar masuk ke dalam perusahaan, namun sejauh ini aksi buruh itu tidak mempengaruhi kegiatan penyaluran energi listrik kepada Warga di Pamona hingga ke Kecamatan Lage.

Sementara itu bagian Humas PT Poso Energi Aslori Illham yang dikonfirmasi menyatakan, sejauh ini pihak perusahaan belum mengetahui secara pasti apa yang menjadi tuntutan para buruh. “Masalahnya pihak perusahaan belum bertemu langsung dengan pendemo,” ujarnya yang dihubungi via telepon genggam kemarin.

Sebelumnya, pihak perusahaan kata Aslori telah mengutus perwakilan untuk menemui pendemo, namun para pendemo menolaknya. “Karena itu kami juga masih menunggu pak Alimudin yang masih berada di luar kota. Kemungkinan selasa besok (hari ini. Red) sudah tiba dan akan bertemu dengan para pendemo,” sebutnya.

Aslori juga membantah bahwa aktifitas perusahaan lumpuh akibat aksi demo tersebut. “Tidak lumpu, karena saat ini memang sudah tidak ada pekerjaan berat. Dan itu hingga saat ini tetap berjalan normal,” ungkapnya.

PLTA Poso sendiri merupakan sebuah mega proyek yang diharapkan pada saat beroprasi penuh akan mampu mengatasi krisis energi listrik di Sulteng. ULY

 

Sumber : Mercusuar, Selasa, 7 Mei 2013