Berita

Proyek PLTA di Sulteng Abaikan Risiko Bencana

Palu, Beritasatu.com – Guna memenuhi pasokan energi listrik untuk industri, proyek-proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sulawesi Tengah kurang memperhitungkan risiko bencana.

Salah satu kesimpulan itu muncul dalam diskusi terbuka tentang energi dan investasi yang diselenggarakan atas kerja sama Yayasan Tanah Merdeka (YTM), Celebes Institute, dan Satu Indonesia Peduli Danau Poso (SIPD) di Palu, Sulawesi Tengah, (5/2/2020).

Diskusi menghadirkan Hery Djempa (Celebes Institute), John Lusikooy (Front Aksi untuk Rano Poso), dan Arianto Sangadji (peneliti ekonomi-politik).

Hery Djempa menyoroti rencana proyek PLTA Pebatua 2 berkapasitas 300 MW di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Menurut Hery Djempa, untuk menghasilkan energi listrik sebesar itu, sumber energi Sungai Lairiang, salah satu sungai terbesar di daerah itu akan dibendung. Proyek didanai oleh Tiongkok tersebut akan berdampak terhadap dua desa di Kecamatan Pipikoro dan dua desa di Kecamatan Kulawi Selatan.

“Pembangunan bendungan mengakibatkan Desa Tuwo Tanijaya di Pipikoro dan Dusun Wahi Desa Pilimakujawa di Kulawi Selatan akan digenangi air,” kata Hery Djempa.

Risikonya, lanjut Hery Djempa, akan terjadi relokasi penduduk secara paksa (involuntary resettlement). Relokasi akan menjadi masalah besar. Karena, menurut Hery, kawasan itu dikelilingi hutan dengan status yang restriktif untuk diakses oleh para petani.

“Sebelah timur lokasi proyek PLTA itu adalah Taman Nasional Lore Lindu, sementara sebelah barat merupakan hutan lindung. Lantas, penduduk hendak direlokasi ke mana,” tanya Hery.

Hery juga mengingatkan bahwa di area rencana tapak proyek dilintasi sesar aktif Palu-Koro. Dia mengecam rencana pembangunan yang sama sekali tidak menghitung resiko seismik di sana. Padahal daya rusak gempa bumi seperti terjadi di sesar pada 28 September 2018 sangat masif.

“Jika gempabumi dengan skala besar merubuhkan bendungan, maka bencana dahsyat akan menimpa beberapa desa di Kecamatan Kulawi Selatan. Rencana proyek PLTA Pebatua 2 tidak berpijak mitigasi bencana,” tegas Hery, aktivis asal Kulawi itu.

Sementara itu, John Lusikooy menyorot proyek-proyek raksasa PLTA Poso yang memanfaatkan air Danau Poso di Kabupaten Poso.

Diketahui PLTA Poso 2 dan PLTA Poso 1 telah dioperasikan oleh PT Poso Energy. Sementara PLTA Poso 3 juga akan dibangun. Jika sudah selesai, PT Poso energy menargetkan akan memiliki PLTA Poso dengan kapasitas tidak kurang dari 500 MW.

John menyoal proyek Poso River Improvement yang dilakukan PT Poso Energy. Proyek ini meliputi pengerukan dasar sungai Danau Poso sekitar 12 kilometer. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pasokan air ke PLTA.

“Proyek tersebut menyingkirkan akses nelayan tradisional yang menggantungkan nafkahnya dari sungai Danau Poso”, jelas John.

Dalam catatan Suara Pembaruan, pemerintah memiliki rencana membangun beberapa PLTA di Sulawesi Tengah. Ini karena menurut Rencana Umum Tenaga Listrik (RUTL) PT PLN 2019-2028, di Sulawesi Tengah terdapat potensi PLTA sekitar 3.000 MW. Potensi terbesar ada di sepanjang Sungai Lariang, yang memanjang sejauh 245 km dari Dataran Tinggi Lore di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah di bagian hulu hingga di Kecamatan Mamuju Utara, Sulawesi Barat di bagian hilir.

Arianto Sangadji peneliti ekonomi-politik yang dihubungi dari Jakarta menyatakan bahwa proyek-proyek raksasa ketenagalistrikan itu diperuntukan bagi pertumbuhan industri-industri skala besar di Sulawesi. Terutama industri-industri pengolahan hasil tambang dan produk-produk turunannya.

“Industri-industri tersebut sangat rakus energi. Indonesia Morowali Industrial Park dan Vale Indonesia merupakan contoh besarnya kebutuhan pasokan listrik untuk dua situs industri pengolahan nikel terbesar di Indonesia itu”, terangkan Arianto.

Diketahui, Indonesia Morowali Industrial Park berbasis investasi asing Tiongkok di Morowali memiliki kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 1.130 MW. Sementara PT Vale yang merupakan investasi asing Brasil di Soroako memiliki PLTA dengan kapasitas 365 MW.

Sumber: beritasatu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *