EnergiIndustri Pertambangan

Riset Ungkap Ribuan Orang Tewas Tertimbun Limbah Tambang

  • Hilirisasi nikel terus menghadirkan berbagai dampak yang tak berkesudahan. Di hulu, ambisi hilirisasi telah memicu deforestasi besar-besaran. Sementara di hilir, tumpukan limbah tailing yang mencapai jutaan ton per tahun juga memunculkan ancaman serius.
  • Berbagai laporan menghimpun insiden ambrolnya bendungan tailing dari berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara penghasil mineral. Menurut studi yang dipublikasikan The Nature, lebih dari 2000 orang tewas akibat jebolnya kolam tailing dalam beberapa dekade terakhir (tidak termasuk jebolnya kolam tailing di Indonesia Morowali Industrial Park yang tewaskan tiga orang).
  • Tailing di IMIP adalah limbah tambang yang bersifat beracun dari pengolahan limonite, yakni bijih nikel kadar rendah (0,8-1,5%) dengan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Material ini merupakan bahan baku baterai litium-ion untuk kendaraan listrik.
  • Yayasan Tanah Merdeka mendesak pemerintah untuk tidak lagi mengizinkan perluasan fasilitas penyimpanan tailing dan melakukan audit secara menyeluruh  terhadap fasilitas penyimpanan tailing di IMIP. Pemerintah juga harus menguji standar keamanan dan keselamatan fasilitas tailing yang ada di Indonesia. 

Hilirisasi nikel terus menghadirkan berbagai dampak yang tak berkesudahan. Di hulu, ambisi hilirisasi telah memicu deforestasi besar-besaran. Sementara di hilir, tumpukan limbah tailing yang mencapai jutaan ton per tahun juga memunculkan ancaman serius. 

Menurut studi yang  The Nature terbitkan, selama beberapa dekade, ambrolnya bendungan tailing  menewaskan lebih  2.000 orang. Tragedi ini juga terjadi di  Indonesia. Seperti akhir Maret lalu, empat pekerja di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), pusat pengolahan industri nikel di Sulawesi Tengah (Sulteng) tertimbun material setelah kolam tailing jebol. Tiga orang meninggal dunia. 

Tailing di IMIP adalah limbah tambang bersifat beracun dari pengolahan limonite, yakni bijih nikel kadar rendah (0,8-1,5%) dengan metode high pressure acid leaching (HPAL) untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP). Material ini merupakan bahan baku baterai litium-ion untuk kendaraan listrik.

Sebagai limbah, tailing banyak mengandung bahan-bahan kimia berbahaya,seperti asam sulfat yang bersifat korosif dan beracun. Selain itu, tailing nikel juga melepaskan karsinogen yang sangat beracun, biasa disebut kromium heksavalen dan bisa mengakibatkan penyakit pernapasan dan memicu timbulnya kanker.

Karena bijih nikel (ore) yang diolah tergolong berkadar rendah, hasil limbah tailing pun besar. “Bahkan, hanya untuk mendapatkan satu ton nikel, total limbah tailing yang dihasilkan mencapai 100 ton lebih!” kata Richard Labiro, Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka (YTM), organisasi yang concern mengawal isu sumber daya alam di Sulawesi. 

Saat ini, total kapasitas produk MHP di IMIP mencapai 115.000 ton per tahun dari dua perusahaan, yakni,  PT Qing Mei Bang (QMB) New Energy dan Huayue Nickel Cobalt yang berkapasitas 55.000-60.000 ton per tahun. Dengan kapasitas itu, total limbah tailing yang dihasilkan dari operasi kedua perusahaan ini bisa capai 11,5 juta ton setiap tahun!

Pada 2026, kapasitas produksi MHP diperkirakan mencapai 407.000 ton dengan volume limbah tailing yang dihasilkan mencapai 40,7 juta ton per tahun. Menurut Labiro, perkiraan itu berdasarkan proyek-proyek HPAL yang sedang dibangun dan  segera beroperasi pada 2025 dan 2026 (lihat grafis).

table visualization

Selama ini, penyimpanan tailing dilakukan dengan metode kering (dry stack tailing) dan ‘ditimbun’ di Fasilitas Penyimpanan Tailing (tailing storage facilities) seluas 600 hektar di IMIP.

Ariyanto Sangadji, peneliti Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), mengatakan, banyaknya volume limbah menghadirkan bahaya tersendiri dari industri ini. Tanpa standar keamanan dan pengawasan yang ketat, bendungan tailing berpotensi jadi bencana di kemudian hari. “Dengan volume tailing begitu besar, seberapa lama bisa bertahan?” 

Jebolnya kolam tailing jelang akhir Maret hingga menewaskan tiga pekerja membuktikan kekhawatiran selama ini. Morowali yang  memiliki curah hujan tinggi menjadikan dried tailing berubah menjadi lumpur dan membelah dinding tanggul.

Ambrolnya kolam tailing di komplek IMIP bukanlah yang pertama kali. Sejak setengah abad lalu, total 90 bendungan tailing jebol dan menyebabkan kerugian yang tak sediki. Paling tragis, terjadi pada bendungan tailing milik Vale di Brazil hingga menewaskan 250 orang lebih. 

Lokasi yang diduga menjadi tempat penyimpanan tailing di IMIP. Foto: google earth.

Menghancurkan ekosistem

Wise-Uranimun.org, organisasi yang merekam kejadian jebolnya tailing sejak 1960 mencatat, sepanjang 11 tahun terakhir, lebih  60 insiden bendungan tailing jebol dengan kematian lebih dari 480 orang.  Jumlah itu belum termasuk korban hilang  dan belum ditemukan. 

Jebolnya bendungan tailing pertambangan tambang batu giok di Myanmar pada 13 Januari lalu adalah kasus terbaru sebelum peristiwa serupa di IMIP. Peristiwa ini  menewaskan 12 orang dan 50 lain hilang. Namun, ambrolnya kolam tailing tambang besi di Brazil tercatat sebagai bencana paling buruk dengan kematian lebih dari 267 orang.

Laporan Wise-Uranium menyebut, jebolnya tanggul itu diikuti semburan tailing dalam jumlah besar yang mencapai 12 juta meter kubik. Dengan kecepatan lebih dari 120 kilometer per jam, semburan lumpur tailing diperkirakan mencapai radius 300 kilometer di daerah hilir dan membunuh semua kehidupan di sungai. 

Lumpur ini kemudian terbawa lebih jauh ke hilir oleh Rio Paraopeba hingga membunuh semua kehidupan di sungai dan menghambat produksi air minum di permukiman di sepanjang sungai.

Lumpur itu diperkirakan tiba di bendungan pembangkit listrik tenaga air Retiro Baixo sekitar 300 km ke hilir dalam waktu dua minggu.

Hasil investigasi belum menemukan penyebab pasti jebolnya bendungan yang sejatinya tidak lagi beroperasi sejak 2016 itu. Tidak ditemukan faktor eksternal, seperti hujan atau gempa bumi yang berpotensi memicu jebolnya tanggul penahan. 

Belajar dari kasus tersebut, ambisi pemerintah Indonesia untuk terus mendorong hilirisasi nikel yang disertai ekspansi besar-besaran diyakini akan meningkatkan risiko ancaman bendungan tailing. Penelitian kegagalan kolam tailing oleh world mine tailing failure, sejak 1915 menunjukkan tren peningkatan. 

Organisasi ini mencatat, sampai 2020, terdapat 29.000-35.000 tailing storage facilities (TSF) di seluruh dunia, baik aktif, tidak aktif, atau bahkan yang terbengkalai dengan volume capai 223 miliar ton, setara 534 miliar meter kubik. 

“Setiap tahun, untuk menghasilkan 18-20 miliar ton mineral dunia, dibutuhkan produksi 80-90 miliar ton batuan sisa dan 8 miliar ton (19 miliar meter kubik) tailing,” tulis organisasi ini dalam laporannya. Masalahnya, kecenderungan perusahaan untuk menggali mineral berkadar rendah menghasilkan tailing yang lebih besar. 

Tambang nikel di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali sebabkan pencemaran udara dan air berdampak pada Kesehatan masyarakat sekitar. Foto: Walhi Sulteng.

Situasi global

Penelitian oleh Karen A Hudson dkk., yang rilis  The Nature ungkap fakta  lebih mencengangkan. Aktivitas penambangan secara global menghasilkan 13 miliar ton limbah tailing beracun secara global. 

Sebanyak 257 kolam tailing jebol dan melepaskan 250 juta metrik ton tailing dan menghancurkan kawasan seluas 5.000 kilometer persegi. “Menewaskan 2.650 orang dan berdampak pada 317.000 orang,” tulis Karen dalam penelitiannya. 

Hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur bukan satu-satunya kekhawatiran akan dampak kerusakan tailing. Ariyanto menyebut, jebolnya bendungan tailing akan menimbulkan kerugian lingkungan berkepanjangan, bahkan jauh lebih buruk dari perkiraan. 

Dalam kasus jebolnya tanggul tailing di Zambia, Februari lalu, misal, menyebabkan 700 orang tanpa akses air minum karena tercemar racun kimia berbahaya, mengutip earthwork.org. Selain berdampak langsung kepada masyarakat, peristiwa itu juga menyebabkan kehidupan akuatik dan tumbuhan di hilir mati, termasuk lahan-lahan pertanian. 

Sangat penting memastikan komitmen perusahaan menjadikan keselamatan publik sebagai pertimbangan utama pembangunannya. Karena itu, seyogyanya pembangunan fasilitas itu tidak boleh dilaksanakan tatkala mendapat penolakan dari warga sekitar. 

Ariyanto katakan, pada 2020, bersama 147 ilmuwan dan organisasi masyarakat sipil dari 24 negara, AEER turut terlibat dalam penyusunan pendoman penyimpanan tailing yang aman. Beberapa pedoman itu diantaranya meliputi, tidak dibangun di daerah hulu dan di dekat permukiman dan melarang membuang tailing ke laut. 

Selain jebolnya tanggul penyimpanan, bahaya tailing juga muncul dari potensi kontaminasi racun yang terkandung di dalamnya. Merujuk Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021, tailing termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tingkat 2 yang memiliki sifat kronis. 

“Penyimpanan tailing di tanah mengandung risiko sangat tinggi dan berbahaya, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi,” tulis Richard Labiro, Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka dalam keterangan tertulisnya. Racun tailing yang terserap oleh tanah juga berpeluang meluas hingga ke badan sungai. 

Jebolnya tailing yang menewaskan tiga pekerja bukan kali pertama. Analisa citra satelit google earth yang diambil pada 3 Januari oleh YTM menunjukkan ada longsoran tailing yang mengalir ke Sungai Bahodopi. Situasi ini  berdampak pada ekosistem muara. 

Curah hujan tinggi bukanlah satu-satunya ancaman bendungan tailing di Morowali, juga gempa bumi. Catatan YTM, gempa pernah dengan kekuatan 5,1 magnitudo  di kawasan IMIP hingga  kerusakan di sejumlah tempat kos pekerja dan fasilitas perusahaan.

Begitu tingginya ancaman risiko tailing, YTM pun mendesak pemerintah  tidak lagi mengizinkan perluasan fasilitas penyimpanan tailing dan melakukan audit secara menyeluruh terhadap fasilitas penyimpanan tailing di IMIP.

“Pemerintah juga harus menguji standar keamanan dan keselamatan fasilitas tersebut,” kata  Labiro.


Sumber: Riset Ungkap Ribuan Orang Tewas Tertimbun Limbah Tambang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *