
Tolak Kedatangan PT CPM di Poboya

Menurutnya pertemuan yang dilakukan di Polda Sulteng tidak bisa di jadikan alasan untuk PT CPM mulai melakukan aktivitas di poboya. Sebab, dalam pertemuan itu tidak ada pembicaraan soal kesepakatan. Hanya satu kata yang kami pegang saat ini, melawan.
Kami tetap menolak masuknya CPM di poboya, apapun alasannya” tegasnya. Agus mengatakan , pihaknya tetap pada komitmen awal, yakni tidak akan memberikan peluang kepada PT CPM untuk melanjutkan kegiatan eksplorasinya di poboya. Bila ada pihak-pihak tertentu yang member jaminan mobilisasi alat ke poboya oleh CPM berlangsung aman, batara tidak termasuk di dalamnya.
“ batara tetap pada sikap sebelumnya, tidak setuju menolak dan melawan, bila CPM tetap memaksa masuk di poboya “ tegas agus. Hal senada di ungkapkan herman, salah satu tokoh pemuda kelurahan poboya, menurutnya, penolakan atas CPM melnjutkan aktivitas di poboya adalah harga mati, “ kami ini cuma mempertahan hak kami. Tanah tumpah darah kami. Kalau CPM tetap memaksa masuk , kita lihat saja nanti yang apa yang terjadi “ ujar Herman dengan nada tegas.
Menurutnya , sikap menolak atas rencana CPM melanjutakan tahapan eksplorasi di poboya di dukung hampir seluruh warga kelurahan poboya. “ kemarin (sabtu, 5/2) orang tua adat di poboya sudah satu bahasa, sama-sama menolak CPM sebutnya. Irwan aswin ketua forum pemuda lasoani , menyatakan bila CPM tetap memaksakan diri masuk ke poboya maka harus berhadapan dengan masyarakat penambang.
“ kalau CPM tertap memaksa masuk dan melakukan pemboran sama halnya menabuh genderang perang, dan kami sudah siap menyambutnya” tegas imran. Katanya tambang rakyat dengan nyata telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan taraf ekonomi masyarakat di poboya dan beberapa kelurahan di sekitarnya. Yakni masyarakat dari kelurahan lasoani, kawatuna, tanamodindi, birobuli,talise dan bahkan masyarakat dari luar daerah.
Dia yakin masuknya CPM di poboya nantinya bakal menggusur pertambangan rakyat. Dan itu artinya , kehidupan ekonomi masyarakat yang sudah mulai membaik dan akan kembali terpuruk. “mungkin awal-awal masuk belum ada penggusuran, tapi pelan-pelan penggusuran itu akan terjadi. Dan itu sangat kami tidak inginkan,”tegasnya. Bagaimana bentuk perlawanan kalau nantinya CPM tetap memaksakan untuk memobilisasi peralatan bornya ke poboya? Irman enggan menyebutkan secara rinci. “Yang pasti secara apapun kalmi akan lakukan kalau CPM tetap memaksa mengangkut peralatannya ke poboya sebutnya. (ars)
Sumber : Radar Sulteng, Senin, 07 Februari 2011