Sulteng Dibayang-bayangi Degradasi Lingkungan

Palu- Ada yang menarik dari seminar sehari yang digelar Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulteng di Space Bar Palu kemarin (4/12), yakni wilayah Sulteng terus dibayang-bayangi degradasi lingkungan. Sehingga tidak menutup kemungkinan, degradasi lingkungan berdampak buruk terhadap masyarakat. Dosen Fisika Untad, Ir Abdullah MT, dalam makalanya yang berjudul ‘Degradasi Lingkungan Hidup di Sulawesi Tengah’ secara gambling membeberkan bahwa secara alamiah, degradasi lingkungan disebabkan oleh proses geologi. Seperti gempa bumi, tsunami dan liquifaksi.

Erosi, longsor, abrasi, sedmentasi dan subsiden.Dalam sejarah, menurut Abdullah, Sulteng pernah dilanda berbagai jenis bencana alam yang cukup berpengaruh bagi bentangan alam. Sehingga otomatis menimbulkan degradasi lingkungan, baik secara fisik maupun biologis. Sejumlah wilayah di Sulteng pernah dilanda bencana gempa dan tsunami. Seperti gempa Watu Sampu (1927) yang menimbulkan tsunami dengan gelombang mencapai tinggi 15 meter.

Gempa Donggala (1938) yang menimbulkan gelombang 4 meter, Gempa Tambu (1968) menimbulkan gelombang tsunami setinggi 10 meter. Dan tsunami Tonggolobibi (1996) dengan tinggi gelombang 4 meter. Menariknya dalam seminar ini, Abdullah juga membeberkan berbagai potret aktivitas manusia yang berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan. Seperti pengambilan batu karang yang berlebihan, pengerukan tambang emas yang disertai penggunaan bahan air raksa, pengerukan pasir, batu, dan kerikil (Sirtukil) di sejumlah sungai. Pengelolaan kayu di hutan secara tidak teratur, serta pengelolaan lahan pertanian/perkebunan yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan hidup.
Terakhir diperbaharui ( Jumat, 07 Desember 2007 )