Seputar Rakyat Edisi 5 2003
Gerakan demokrasi yang diorkestrasi Mahasiswa tidak hanya menyebabkan rezim militeristik Soeharto jatuh, kemudian digantikan rezim yang relatif demokratis. Kejatuhan rezim Soeharto juga mendorong gerakan-gerakan rakyat melawan penindasan yang terjadi selama 32 tahun. Periode awal jatuhnya Soeharto, kita menyaksikan demonstrasi terjadi hampir merata di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kampung kecil sampai kota-kota besar, atau mulai dari issu pemilihan kepala desa sampai masalah-masalah ekonomi politik yang lebih kompleks.
Salah satu gerakan rakyat yang muncul kembali pada periode 1998-an adalah gerakan masyarakat adat. Gerakan ini menginginkan pemerintah Indonesia mengakui hak-hak ekonomi politik mereka yang dikebiri selama 32 tahun. Mereka juga mendesak pemerintah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada masyarakat adat untuk merevitalisasi kebudayaan adat mereka yang masih relevan dalam konteks kekinian.
Tulisan yang ada tidak berusaha menjawab mengapa gerakan ini muncul kembali, menguat dan memiliki jaringan berskala nasional bahkan internasional.
Apa lagi, di zaman dimana hak asasi manusia (anak revolusi Prancis ini) semakin menemukan bentuknya, ide menghidupkan kembali “kearifan lokal” istilah yang lebih luas dari hukum adat semakin gencar, terutama setelah keluarnya Konvensi ILO 169 tahun 1989 tentang hak-hak masyarakat adat.
Dalam Edisi ini, Seputar Rakyat menyajikan ulasan, analisis, kritik terhadap Gerakan Masyarakat Adat. Baik secara global, nasional dan lokal. Sejatinya, perubahan hanya dapat diraih dengan cara penggalangan kekuatan dengan membangun front lintas sektoral. Gerakan buruh dan tani harus dijadikan sekutu politik meraih cita-cita tersebut. Berikut ulasannya Seprak Edisi 5 2003