Kampanye

G20: Transisi Energi Untuk Kepentingan Pebisnis, Bukan Rakyat!

Oleh:

Felix.Torae

Kampanye Yayasan Tanah Merdeka

Group of Twenty (G20) baru saja selesai dilaksanakan di pulau Bali pada15-16 November lalu, pertemuan yang dihadiri 20 Perwakilan negara tersebut mengangkat tiga isu strategis, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital dan transisi energi.

Tak sedikit berita viral yang media tunjukan dalam kegiatan tersebut, mulai dari Keterlambatan Presiden AS Joe Baiden dalam menghadiri pembukaan G20, diner pemimpin dunia, Menhan Prabowo yang patut dicontoh karena sikap sopannya tidak menginjak Karpet merah dan pakaian Batik Bomba yang digunakan oleh Alan Musk.

Dari semua kabar tentang kegiatan G20 yang masih hangat di history pencarian google kita, ada satu hal menarik perlu untuk dikuliti, yakni siapa yang dipentingkan dalam pertemuan kali ini.

Sehari sebelum G20 dilaksanakan, yakni tanggal 13-14 November, para pebisnis ulet dunia terlebih dahulu melakukan dialog dalam forum B20 atau Business 20. Kegiatan tersebut tidak lain adalah salah satu agenda dari G20, bedanya pada acara B20 peserta terdiri atas beberapa chief executive officer atau CEO dan pimpinan perusahaan dunia. Sedangkan G20 hanya di ikuti oleh para pemimpin negara.

Dalam pertemuan B20, hadir pula secara virtual Alan Musk, pendiri Tesla salah satu perusahaan pengembang mobil listrik terkemuka dunia. Bukan tanpa alasan, kehadiran CEO Twitter tersebut ingin memberi pesan kepada indonesia bahwa, dalam kepentingan transisi energi yang “Katanya” bebas polusi tersebut, Tesla akan terlibat penuh dalam bisnis jual beli baterai. Mengingat Indonesia adalah penyedia bahan baku terbesar di dunia.

Tidak mau kelewatan ketiban berkah dalam kegiatan B20, hadir pula anindya Bakrie selaku CEO dan Presiden Direktur Bakrie & Brothers (BNBR), bertugas untuk memandu acara B20. Menarik, dua orang CEO tersebut memakai baju yang sama, yaitu Batik bomba, pakaian khas masyarakat Donggala, Sulawesi Tengah. Apakah kebetulan atau tidak, yang pasti dua orang ini sedang mencari keberuntungan baru dari segi investasi bisnis SDA dalam forum G20.

Benar saja, pada tangggal 13 November 2022 Anindya N. Bakrie dan Envision Founder & CEO, Lei Zhang. Bakrie dan Envision bermaksud menjajaki prospek pengembangan teknologi industri Net Zero, dan berpotensi membangun Net Zero Industrial Park yang pertama di Indonesia dan akan berlokasi di wilayah Sulawesi Tengah (Viva.co.id).

Kembali ke judul!

Transisi energi dianggap sebagai salah satu cara ampuh untuk mengendalikan polusi yang mempengaruhi perubahan iklim, menurut pemerintah, hari ini yang menjadi aktor utama dalam kenaikan suhu permukaan bumi adalah mayoritas dari energi kita yang sangat kotor akibat pembakaran energi fosil. Makanya kampanye penggunaan kendaraan listrik menjadi yang utama harus tercapai dalam beberapa tahun kedepan.

Apakah kendaraan listrik memang jalan keluar, apakah implikasinya kepada kesejahteraan rakyat?

Berbicara tentang bahan baku untuk menghasilkan baterai, pasti tambang nikel adalah hulu-nya. Sebagai contoh, di morowali utara (Sulawesi Tengah) ada empat pabrik baterai yang dibangun, bahkan dua pabrik sudah beroperasi.

Empat pabrik katoda baterai EV itu antara lain dikembangkan oleh PT Huayue Nickel Cobalt, PT QMB New Energy Material, PT Fajar Metal Industry, dan PT Teluk Metal Industry. Adapun total kapasitas produksi katoda baterai EV dari keempat pabrik tersebut yakni mencapai 240.000 metrik ton nikel kobalt dan nikel sulfida. Sebagai Informasi, PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Material, adalah pabrik yang beroperasi di bawah naungan PT. IMIP.

Beberapa waktu lalu, YTM sempat membuplikasikan satu artikel yang memuat soal rentannya kelas pekerja mengalami kecelakaan di lingkungan PT.IMIP. Memang dalam proses produksi baterai negara kita adalah yang paling kaya SDA, tapi yang ironisnya, kondisi kelas pekerja yang tidak sama sekali pernah dibahas atau viral dalam kegiatan G20, bagaimana dengan kondisi kerja dan upah kerja, apakah sudah layak atau tidak, saya kira itu bukan prioritas pemerintah untuk saat ini.

Keadaan masyarakat yang terampas sumber daya kehidupannya akibat kehadiran tambang nikel atau pembangunan smelter juga tidak pernah dibahas dalam kegiatan tersebut. Semua pembahasan hanya tertuju pada transisi energi, mestinya pembahasan transisi energi harus berbarengan dengan kepentingan rakyat, dari segi kesejahteraan.

Sebagai penutup, hari ini dalam kampanye pemerintah, siapa yang bisa membeli mobil listrik seolah telah mendukung transisi iklim yang lebih baik. Padahal dalam proses produksi baterai kendaraan ada banyak kondisi Petani, nelayan dan buruh yang dipertaruhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *