Efek Pemanasan Global, Banyak Petani Gagal Produksi
PALU, beritapalu.NET | Direktur Yayasan Tanah Merdeka (YTM) Marianto Sabintoe menyatakan kondisi petani di pedesaan hari ini semakin memprihatinkan. Banyak petani mengalami gagal panen karena musim yang tak menentu.
Dia menyebut hal itu terjadi karena efek pemanasan global yang kian berdampak akibat produksi yang sarat beban lingkungan.
“Efek pemanasan global saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Sementara, produksi yang sarat beban lingkungan terus digenjot di seluruh dunia. Padahal, dampaknya sudah sangat terasa.” Kata Marianto
Ia menyebut dampak kenaikan suhu bumi ini perna dirilis oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Sebagaimana pada 2015 lalu, WMO menyatakan akumulasi rata-rata karbon dioksida secara global telah melebihi batas 400 part per million (ppm), yang diberitakan oleh CNN, 26/11/2015.
Marianto menyebut akibat efek pemanasan global ini para petani tidak dapat memprediksi musim tanam, karena cuaca yang tidak menentu. Selain itu, penyebaran hama pada tanaman juga semakin tinggi.
“Saat ini kita bisa liat begimana petani di pedesaan gagal total. Di dataran tinggi Poso, Sulawesi Tengah misalnya, hampir tidak ada lagi hasil produksi cokelat petani akibat iklim yang berubah-ubah,” ujarnya
Marianto juga menuturkan bahwa efek pemanasan global tidak hanya berdampak kepada petani, tetapi juga menciptakan bencana alam.
Sekedar diketahui becana alam di Indonesia pada 2016 menurut laporan tempo (17/6/2016) terjadi sebanyak 429 kejadian. Diantaranya bencana puting beliung 310 kali kejadian dan longsor sebanyak 255 kejadian. Bencana tersebut telah menelan korban 157 orang meninggal dunia dan kurang lebih 1,7 juta jiwa mengalami keterpurukan.
Marianto berpendapat protes terhadap kerusakan ekologi mestinya diarahkan kepada produksi kapitalis yang sarat beban lingkungan.
“Sayangnya, hari ini gerakan lingkungan masih bersifat lokalistik. Padahal problem lingkungan kita bersifat global,” tandasnya.(afd/*)
Sumber: beritapalu.net